Kamis, 01 Mei 2014

Pemanfaatan Kotoran Hewan Sebagai Sumber Energi Baru Biogas

Pada kesempatan kali ini saya mau berbagi cara membuat biogas sederhana. Walaupun sederhana, tapi jika sobat mengembangkanya, hal ini akan sangat bermanfaat selain untuk mengurangi limbah yang menyebabkan polusi udara, juga dapat sebagai bahan bakar alternatif. Mengingat biogas kali ini akan dibuat dari kotoran hewan ternak. 



Teknologi Biogas Sederhana
Mengetahui dan menyadari
Agar peternak dapat menaruh minat terhadap teknologi biogas, maka diperlukan adanya kegiatan penyuluhan melalui berbagai metode, media, dan materi yng menarik bagi petani. Sehingga peternak akan menyadari dan mengetahui bahwa :
1.      Cara mereka menangani limbah feces dengan membuang atau tidak mengelolanya adalah keliru. Banyak masalah yang dapat muncul karena tingkah laku tersebut seperti mencemari udara, tanah dan air.
2.      Penanganan limbah feces ternak dapat menjadi sumber pendapatan barnmelalui produksi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Selain itu, pemanfaatan biogas dapat mengurangi biaya bahan bakar minyak untuk memasak dan listrik.
3.      Pemanfaatan teknologi biogas dapat mengatasi masalah yang mereka hadapi selama ini dalam melakukan usaha sapi potong serta mengurangi beban biaya hidup sehari-hari.
Pada tahapan ini, peternak sudah menyadari bahwa cara-cara penanganan feces yang dilakukan selama ini adalah keliru sehingga harus ditinggalkan . Terdapat cara baru yang lebih baik dan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam usaha sapi potong. Di sini peternak akan menentukan sikapnya, yaitu menaruh perhatian, atau acuh tak acuh terhadap informasi baru yang telah diterima. Peran penyuluh dalam berkomunikasi kepada peternak menjadi penting sehingga dapat menimbulkan sikap petani untuk menaruh perhatian trhadap teknologi biogas.

Menaruh minat
Peternak yang telah sadar akan pentingnya teknologi biogas akan menaruh minat untuk mengadopsi teknologi tersebut. Pada umumnya peternak merupakan peternak subsisten yang sangat rentan terhadap resiko kegagalan (Scott, 1976) sehingga mereka merasa perlu untuk memperoleh informasi yang lebih banyak tentang teknologi biogas. Proses pencarian dapat dilakukan melalui pencarian informasi di dalam ingatan (pencarian internal) ataukah mendapatkan informasi yangrelevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal) . Sekali lagi, peran penyuluh di tantang agar dapat lebih intensif dalam menyampaikan teknologi biogas sehingga peternak mau meningkatkan taraf pengambilan keputusannya .

Menilai
 Setelah petemak memperoleh informasi yang lebih banyak serta mendapat penjelasan- penjelasan dari sesama peternak yang tergolong mudah mengadopsi (innovators dan early adopter) maka pengetahuannya menjadi lebih banyak dan keragu-raguannya akan sebuah resiko mulai pudar. Hal ini disebabkan karena mereka telah melihat secara langsung manfaat yang dapat diperoleh dari teknologi biogas yang telah dikembangkan oleh temannya sesama petemak. Pada tahapan ini penyuluh harus dapat memberikan penjelasan yang lebih terinci dan jelas sehingga peternak memiliki keberanian untuk mencoba teknologi biogas tersebut .

Melakukan percobaan
Pada tahapan ini, peternak sudah ingin mencoba menerapkan teknologi biogas . Mereka sudah ingin menerapkand alam usahataninya. Peran penyuluh dalam menuntun peternakagar secara teknis dapat mempraktekkan teknologi biogas secara mandiri . Penyuluh harus aktif melakukan supervisi, karena apabila mengalami kegagalan maka kepercayaan peternak akan teknologi biogas akan sirna seketika. Hilangnya kepercayaan akan menyulitkan untuk mengadopsi kembali teknologi biogas yang telah disuluhkan (trauma).

Penerapan atau adopsi teknologi
Pada tahapan ini, petani akan menerapkan teknologi biogas secara terus-menerus dalam kegiatan usahataninya. Perulangan demi perulangan yang berhasil semakin membuat petani bergairah dalam menerapkan teknologi biogas. Pada akhirnya, petani merasakan manfaat penerapan teknologi biogas. Pada tahapan ini, peran penyuluh lebih kepada proses pendampingan dalam menemukenali masalah yang mungkin muncul dalam penerapan teknologi biogas.

Membangun komitmen, loyalitas dan kepercayaan
Tahapan lebih lanjut adalah membangun komitmen, loyalitas dan kepercayaan peternak terhadap teknologi biogas. Pada tahapan ini, petani tidak hanya mengadopsi teknologi biogas, tetapi sudah siap untuk berinvestasi secara mandiri sehingga komitmen dan loyalitasnya terhadap teknologi biogas dapat dibuktikan. Selain itu, peran penyuluhan dalam membangun kepercayaan peternak terhadap teknologi demikian penting demi menjamin proses difusi teknologiyang mudah kepada peternak lainnya.
Proses adopsi tekologi biogas sebagaimana yang telah disebutkan merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan dimensi waktu. Sistem penyuluhan harus terus dilaksanakan dengan komitmen agar peternak dapat menyelesaikan sendiri masalahnya melalui pendampingan dari penyuluh. Sistem penyuluhan yangdikembangkan terkait dengan metode penyuluhan yangdigunakan yang harus diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tahapan adopsi yang sedang terjadi. Selain itu, media penyuluhan haruslah murah, menarik, tepat, dan dapat meningkatkan gairah peternak dalam mengadopsi teknologi biogas (Mardikanto, 1993). Tak kalah pentingnya adalah peran penyuluh sebagai komunikator (sumber informasi) haruslah kredibel atau dapat dipercaya.
 Kredibilitas merupakan seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator . Salah satu faktor untuk membangun kepercayaan antara komunikator (penyuluh) dengan sasaran komunikasi adalah kredibilitas sumber yang didefenisikan oleh Effendi sebagai kejujuran (honesty), keramahan (friendliness), dan menyenangkan (Effendi, 1998). Namun, yang perlu disadari bahwa kredibilitas tidak terletak pada komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikan terhadap komunikator. Sehingga, seorang komunikator harus tanggap terhadap kondisi atau keadaan komunikan. Kredibilitas ini penting karena sasaran akan percaya dan yakin terhadap informasi yangdisampaikan oleh sumberyangdianggap kredibel.
Agar persoalan membangun kredibilitas lebih dapat dipahami, maka beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh penyuluh agarkredibel adalah sebagai berikut:
1.      Kecakapan yang berarti sumber tersebut memiliki pengetahuan yang cukup dan berkualitas. Permasalahan dan detail pelaksanaan biogas dapat dijelaskan dengan baik dan tersetruktur yang hanya dapat diperoleh jika seorang komunikator telah menerapkannya terlebih dahulu.
2.       Bertujuan. Komunikator tidak mempunyai motivasi lain dalam melaksanakan program tersebut serta mengungkapkan fakta apa adanya. Kelebihan dan kelemahan teknologi biogas harus disampaikan sampai pada akhirnya peternak memutuskan untuk mengadopsi salah satu teknologi biogas yangtersedia.
3.      Berkarakter. Sumber yang memiliki kejujuran, tekun, terpercaya, dapat diandalkan, kuat dan setia atau tabah akan lebih dipercaya dan dapat meyakinkan sasaran . Dalam hal ini sumber yang memberikan informasi tidak hanya kredibel, kompoten tetapi akan lebih dipercaya oleh komunikan bila mempunyai karakter sifat etis dan mental seperti yang telah disebutkan.
4.      Berkepribadian. Sumber yang berkepribadian hangat, ramah dan perhatian akan menumbuhkan kepercayaan yang kuat dari sasarannya, karena karakter ini menyajikan keseluruhan dan kecenderungan emosi dan perilaku seseorang.

Percepatan Adopsi Teknotogi Biogas
 Kecepatan adopsi inovasi ditentukan pula oleh sifat dari inovasi tersebut. Teknologi biogas yangakan diintroduksikan harus memenuhi syarat tersebut . Syarat yang harus dipenuhi oleh teknologi meliputi:
1.      Teknologibiogas harus dirasakan sebagai kebutuhan oleh peternak. Peternak harus sadar bahwa biogas akan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi selama ini dalam menghindari pencemaran udara, air dan tanah akibat feces yang bertumpuk tanpa penanganan yang tepat. Teknologi biogas harus dilahirkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi peternak bukan karena permasalahan yang dihadapi oleh penyuluh atau peneliti karena dengan kesadaran peternak akan kebutuhannya, teknologi akan mudah diadopsi (Bunch, 1992).
2.       Teknologi biogas harus memberi keuntungan kepada peternak. Penanganan teknologi biogas harus terintegrasi dari hulu ke hilir sehingga mampu memberikan keuntungan kepada peternak. Keuntungan yang diperoleh haruslah ril yang diperoleh dari pemanfaatan gas (mengurangi biaya rumah tangga), pupuk organik padat dan pupuk organik cair (tambahan pendapatan). Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (1988) yang menyatakan bahwa teknologi baru haruslah memberikan keuntungan yang relatif lebih besar dari nilai yang dihasilkan teknologi lama.
3.      Teknologibiogas harus mempunyai kompatibilitas/keselarasan. Pengertian kompatibilitas sangat beragam tetapi oleh Van Den Ban dan Hawkins (1999) kompatibilitas diterjemahkan sebagai keterkaitan dengan nilai sosial budaya, kepercayaan, gagasan yang dikenalkan sebelumnya dan keperluan dirasakan oleh petani. Olehnya itu, teknologi biogas dijelaskan sebagai bagian dari pertanian terpadu yang terkait dengan usaha tani pertanianyangtelah dikenal oleh petani selama ini.
4.      Teknologi biogas harus dapat mengatasi faktor-faktor pembatas. Agar dapat bekerja secara optimal, digester biogas membutuhkan syarat teknis tertentu seperti suhu, pH, kelembaban dan toxicity sehingga rekayasa teknologi harus dapat meminimalisir faktor pembatas tersebut. Digester yang dibuat sudah harus langsung dapat mengakomodasi syarat teknisyangdibutuhkanagarmikroorganisme dapat bekerja secaraoptimal.
5.      Teknologi biogas harus mendayagunakan sumberdaya yang sudah ada. Desain teknologi biogas harus menggunakan bahan dan peralatan yang sudah ada di sekitar masyarakat tanpa harus mendatangkan dari luar wilayah kerja peternak. Misalnya saja untuk kebutuhandigesterharuslah menggunakan alat dan bahan yangsudah ada di sekitar lokasi peternak sehingga dapat dijangkau oleh mereka .
6.      Teknologi biogas harus terjangkau secara finansial. Selain teknologi biogas harus menguntungkan, juga secara finansial dapat dijangkau oleh keuangan peternak. Hal ini sangat terkait dengan ketersediaan alat dan bahan untuk digesterkarena 90% biaya biogas terletak pada biaya digester. Jika peralatan digesterdapat dihemat maka biaya pembuatan biogas juga dapat dikurangi.
7.      Teknologi Biogas harus sederhana, tidak rumit dan mudah dicoba. Meskipun teknologi biogas merupakan proses bekerjanya syarat fisik dan biologis serta fisika, akan tetapi, teknologi tersebut harus disederhanakan sehingga dapat dicerna oleh peternak . Prinsip kerjanya harus disederhanakan sehingga secara teknis dapat dikerjakan sendiri oleh peternak.
Berdasarkan syarat-syarat tersebut, teknologi biogas dapat direkayasa sesuai dengan kebutuhan peternak sehingga dapat diadopsi dengan baik . Sehingga, proses adopsi teknologi biogas dapat berjalan dengan cepat dan dapat disebarkan (didifusikan) ke peternak lainnya.

PERSIAPAN PEMASANGAN REAKTOR BIOGAS



1.      Pembuatan lubang reaktor, panjang = 4 m, lebar = 1,1 m, dalam = 1,2 m.
2.       Pembuatan meja tabung plastik penampung gas : (diameter 1,2 m) panjang = 3 m, lebar =1,2m
3.      Kotoran sapi (fases) awal sebanyak 100 karung kantong semen atau karung seukurannya (100 kantong semen = 2000 lt). Persiapan awal ini untuk mempercepat produksi gas yang siap untuk digunakan (dinyalakan).
4.      Drum untuk tempat pencampuran kotoran (fases) dengan air (1:1) ; 1 buah (200 liter)
5.      Karung untuk tempat sisa kotoran dari proses produksi biogas
6.      Kayu atau bambu untuk pagar, supaya reaktor aman dari gangguan ternak atau lainnya.
7.      Terpal dan bahan lainnya untuk atap reaktor supaya terhindar dari hujan atau material yang jatuh dari atas.

Gambar 2 : Kompor gas dari pengolahan kotoran sapi

Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas
dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan
(1:1) pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan
kedalam digester
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian
pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan
3udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini
dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang
terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru
terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2
27% maka biogas akan menyala.
4. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti
bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu
sehingga dihasilkan biogas yang optimal

Demikian sekilas tentang pemaparan bagaimana memanfaatkan kotoran yang dapat dijadikan salah satu sumber energi, kiranya dapat menambah pengetahuan dan membangkitkan motivasi kita untuk terus mengembangkan kreatifitas dalam pemanfaatan apa saja yang ada sebagai sumber energi yang baru.

Daftar Pustaka
Prosiding Seminar Nasionat Sapi Potong - Patu, 24 November 2008



Tidak ada komentar:

Posting Komentar