Pada kesempatan kali ini saya mau berbagi cara membuat biogas sederhana. Walaupun sederhana, tapi jika sobat mengembangkanya, hal ini akan sangat bermanfaat selain untuk mengurangi limbah yang menyebabkan polusi udara, juga dapat sebagai bahan bakar alternatif. Mengingat biogas kali ini akan dibuat dari kotoran hewan ternak.
Teknologi Biogas Sederhana
Mengetahui dan menyadari
Agar
peternak dapat menaruh minat terhadap teknologi biogas, maka diperlukan adanya
kegiatan penyuluhan melalui berbagai metode, media, dan materi yng menarik bagi
petani. Sehingga peternak akan menyadari dan mengetahui bahwa :
1. Cara
mereka menangani limbah feces dengan membuang atau tidak mengelolanya adalah
keliru. Banyak masalah yang dapat muncul karena tingkah laku tersebut seperti
mencemari udara, tanah dan air.
2. Penanganan
limbah feces ternak dapat menjadi sumber pendapatan barnmelalui produksi pupuk
organik padat dan pupuk organik cair. Selain itu, pemanfaatan biogas dapat
mengurangi biaya bahan bakar minyak untuk memasak dan listrik.
3. Pemanfaatan
teknologi biogas dapat mengatasi masalah yang mereka hadapi selama ini dalam
melakukan usaha sapi potong serta mengurangi beban biaya hidup sehari-hari.
Pada tahapan ini,
peternak sudah menyadari bahwa cara-cara penanganan feces yang dilakukan selama
ini adalah keliru sehingga harus ditinggalkan . Terdapat cara baru yang lebih
baik dan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam usaha
sapi potong. Di sini peternak akan menentukan sikapnya, yaitu menaruh
perhatian, atau acuh tak acuh terhadap informasi baru yang telah diterima.
Peran penyuluh dalam berkomunikasi kepada peternak menjadi penting sehingga
dapat menimbulkan sikap petani untuk menaruh perhatian trhadap teknologi
biogas.
Menaruh minat
Peternak
yang telah sadar akan pentingnya teknologi biogas akan menaruh minat untuk
mengadopsi teknologi tersebut. Pada umumnya peternak merupakan peternak
subsisten yang sangat rentan terhadap resiko kegagalan (Scott, 1976) sehingga
mereka merasa perlu untuk memperoleh informasi yang lebih banyak tentang
teknologi biogas. Proses pencarian dapat dilakukan melalui pencarian informasi
di dalam ingatan (pencarian internal) ataukah mendapatkan informasi yangrelevan
dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal) . Sekali lagi, peran
penyuluh di tantang agar dapat lebih intensif dalam menyampaikan teknologi
biogas sehingga peternak mau meningkatkan taraf pengambilan keputusannya .
Menilai
Setelah petemak memperoleh informasi yang
lebih banyak serta mendapat penjelasan- penjelasan dari sesama peternak yang
tergolong mudah mengadopsi (innovators dan early adopter) maka pengetahuannya
menjadi lebih banyak dan keragu-raguannya akan sebuah resiko mulai pudar. Hal
ini disebabkan karena mereka telah melihat secara langsung manfaat yang dapat
diperoleh dari teknologi biogas yang telah dikembangkan oleh temannya sesama
petemak. Pada tahapan ini penyuluh harus dapat memberikan penjelasan yang lebih
terinci dan jelas sehingga peternak memiliki keberanian untuk mencoba teknologi
biogas tersebut .
Melakukan percobaan
Pada
tahapan ini, peternak sudah ingin mencoba menerapkan teknologi biogas . Mereka
sudah ingin menerapkand alam usahataninya. Peran penyuluh dalam menuntun
peternakagar secara teknis dapat mempraktekkan teknologi biogas secara mandiri
. Penyuluh harus aktif melakukan supervisi, karena apabila mengalami kegagalan
maka kepercayaan peternak akan teknologi biogas akan sirna seketika. Hilangnya
kepercayaan akan menyulitkan untuk mengadopsi kembali teknologi biogas yang
telah disuluhkan (trauma).
Penerapan atau adopsi teknologi
Pada
tahapan ini, petani akan menerapkan teknologi biogas secara terus-menerus dalam
kegiatan usahataninya. Perulangan demi perulangan yang berhasil semakin membuat
petani bergairah dalam menerapkan teknologi biogas. Pada akhirnya, petani
merasakan manfaat penerapan teknologi biogas. Pada tahapan ini, peran penyuluh
lebih kepada proses pendampingan dalam menemukenali masalah yang mungkin muncul
dalam penerapan teknologi biogas.
Membangun komitmen, loyalitas dan
kepercayaan
Tahapan
lebih lanjut adalah membangun komitmen, loyalitas dan kepercayaan peternak
terhadap teknologi biogas. Pada tahapan ini, petani tidak hanya mengadopsi
teknologi biogas, tetapi sudah siap untuk berinvestasi secara mandiri sehingga
komitmen dan loyalitasnya terhadap teknologi biogas dapat dibuktikan. Selain
itu, peran penyuluhan dalam membangun kepercayaan peternak terhadap teknologi
demikian penting demi menjamin proses difusi teknologiyang mudah kepada
peternak lainnya.
Proses
adopsi tekologi biogas sebagaimana yang telah disebutkan merupakan rangkaian
kegiatan yang terkait dengan dimensi waktu. Sistem penyuluhan harus terus
dilaksanakan dengan komitmen agar peternak dapat menyelesaikan sendiri
masalahnya melalui pendampingan dari penyuluh. Sistem penyuluhan yangdikembangkan
terkait dengan metode penyuluhan yangdigunakan yang harus diadaptasikan dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta tahapan adopsi yang sedang terjadi. Selain
itu, media penyuluhan haruslah murah, menarik, tepat, dan dapat meningkatkan
gairah peternak dalam mengadopsi teknologi biogas (Mardikanto, 1993). Tak kalah
pentingnya adalah peran penyuluh sebagai komunikator (sumber informasi)
haruslah kredibel atau dapat dipercaya.
Kredibilitas merupakan seperangkat persepsi
komunikan tentang sifat-sifat komunikator . Salah satu faktor untuk membangun
kepercayaan antara komunikator (penyuluh) dengan sasaran komunikasi adalah
kredibilitas sumber yang didefenisikan oleh Effendi sebagai kejujuran
(honesty), keramahan (friendliness), dan menyenangkan (Effendi, 1998). Namun,
yang perlu disadari bahwa kredibilitas tidak terletak pada komunikator, tetapi
terletak pada persepsi komunikan terhadap komunikator. Sehingga, seorang
komunikator harus tanggap terhadap kondisi atau keadaan komunikan. Kredibilitas
ini penting karena sasaran akan percaya dan yakin terhadap informasi
yangdisampaikan oleh sumberyangdianggap kredibel.
Agar
persoalan membangun kredibilitas lebih dapat dipahami, maka beberapa
karakteristik yang harus dimiliki oleh penyuluh agarkredibel adalah sebagai
berikut:
1. Kecakapan
yang berarti sumber tersebut memiliki pengetahuan yang cukup dan berkualitas.
Permasalahan dan detail pelaksanaan biogas dapat dijelaskan dengan baik dan
tersetruktur yang hanya dapat diperoleh jika seorang komunikator telah
menerapkannya terlebih dahulu.
2. Bertujuan. Komunikator tidak mempunyai
motivasi lain dalam melaksanakan program tersebut serta mengungkapkan fakta apa
adanya. Kelebihan dan kelemahan teknologi biogas harus disampaikan sampai pada
akhirnya peternak memutuskan untuk mengadopsi salah satu teknologi biogas
yangtersedia.
3. Berkarakter.
Sumber yang memiliki kejujuran, tekun, terpercaya, dapat diandalkan, kuat dan
setia atau tabah akan lebih dipercaya dan dapat meyakinkan sasaran . Dalam hal
ini sumber yang memberikan informasi tidak hanya kredibel, kompoten tetapi akan
lebih dipercaya oleh komunikan bila mempunyai karakter sifat etis dan mental seperti
yang telah disebutkan.
4. Berkepribadian.
Sumber yang berkepribadian hangat, ramah dan perhatian akan menumbuhkan
kepercayaan yang kuat dari sasarannya, karena karakter ini menyajikan
keseluruhan dan kecenderungan emosi dan perilaku seseorang.
Percepatan Adopsi Teknotogi Biogas
Kecepatan adopsi inovasi ditentukan pula oleh
sifat dari inovasi tersebut. Teknologi biogas yangakan diintroduksikan harus
memenuhi syarat tersebut . Syarat yang harus dipenuhi oleh teknologi meliputi:
1. Teknologibiogas
harus dirasakan sebagai kebutuhan oleh peternak. Peternak harus sadar bahwa
biogas akan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi selama ini dalam
menghindari pencemaran udara, air dan tanah akibat feces yang bertumpuk tanpa
penanganan yang tepat. Teknologi biogas harus dilahirkan untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi peternak bukan karena permasalahan yang dihadapi
oleh penyuluh atau peneliti karena dengan kesadaran peternak akan kebutuhannya,
teknologi akan mudah diadopsi (Bunch, 1992).
2. Teknologi biogas harus memberi keuntungan
kepada peternak. Penanganan teknologi biogas harus terintegrasi dari hulu ke
hilir sehingga mampu memberikan keuntungan kepada peternak. Keuntungan yang
diperoleh haruslah ril yang diperoleh dari pemanfaatan gas (mengurangi biaya
rumah tangga), pupuk organik padat dan pupuk organik cair (tambahan
pendapatan). Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (1988) yang menyatakan
bahwa teknologi baru haruslah memberikan keuntungan yang relatif lebih besar
dari nilai yang dihasilkan teknologi lama.
3. Teknologibiogas
harus mempunyai kompatibilitas/keselarasan. Pengertian kompatibilitas sangat
beragam tetapi oleh Van Den Ban dan Hawkins (1999) kompatibilitas diterjemahkan
sebagai keterkaitan dengan nilai sosial budaya, kepercayaan, gagasan yang
dikenalkan sebelumnya dan keperluan dirasakan oleh petani. Olehnya itu,
teknologi biogas dijelaskan sebagai bagian dari pertanian terpadu yang terkait
dengan usaha tani pertanianyangtelah dikenal oleh petani selama ini.
4. Teknologi
biogas harus dapat mengatasi faktor-faktor pembatas. Agar dapat bekerja secara
optimal, digester biogas membutuhkan syarat teknis tertentu seperti suhu, pH,
kelembaban dan toxicity sehingga rekayasa teknologi harus dapat meminimalisir
faktor pembatas tersebut. Digester yang dibuat sudah harus langsung dapat
mengakomodasi syarat teknisyangdibutuhkanagarmikroorganisme dapat bekerja
secaraoptimal.
5. Teknologi
biogas harus mendayagunakan sumberdaya yang sudah ada. Desain teknologi biogas
harus menggunakan bahan dan peralatan yang sudah ada di sekitar masyarakat
tanpa harus mendatangkan dari luar wilayah kerja peternak. Misalnya saja untuk
kebutuhandigesterharuslah menggunakan alat dan bahan yangsudah ada di sekitar
lokasi peternak sehingga dapat dijangkau oleh mereka .
6. Teknologi
biogas harus terjangkau secara finansial. Selain teknologi biogas harus
menguntungkan, juga secara finansial dapat dijangkau oleh keuangan peternak.
Hal ini sangat terkait dengan ketersediaan alat dan bahan untuk digesterkarena
90% biaya biogas terletak pada biaya digester. Jika peralatan digesterdapat
dihemat maka biaya pembuatan biogas juga dapat dikurangi.
7. Teknologi
Biogas harus sederhana, tidak rumit dan mudah dicoba. Meskipun teknologi biogas
merupakan proses bekerjanya syarat fisik dan biologis serta fisika, akan
tetapi, teknologi tersebut harus disederhanakan sehingga dapat dicerna oleh
peternak . Prinsip kerjanya harus disederhanakan sehingga secara teknis dapat
dikerjakan sendiri oleh peternak.
Berdasarkan
syarat-syarat tersebut, teknologi biogas dapat direkayasa sesuai dengan
kebutuhan peternak sehingga dapat diadopsi dengan baik . Sehingga, proses
adopsi teknologi biogas dapat berjalan dengan cepat dan dapat disebarkan
(didifusikan) ke peternak lainnya.
PERSIAPAN
PEMASANGAN REAKTOR BIOGAS
1. Pembuatan
lubang reaktor, panjang = 4 m, lebar = 1,1 m, dalam = 1,2 m.
2. Pembuatan meja tabung plastik penampung gas :
(diameter 1,2 m) panjang = 3 m, lebar =1,2m
3. Kotoran
sapi (fases) awal sebanyak 100 karung kantong semen atau karung seukurannya
(100 kantong semen = 2000 lt). Persiapan awal ini untuk mempercepat produksi
gas yang siap untuk digunakan (dinyalakan).
4. Drum
untuk tempat pencampuran kotoran (fases) dengan air (1:1) ; 1 buah (200 liter)
5. Karung
untuk tempat sisa kotoran dari proses produksi biogas
6. Kayu
atau bambu untuk pagar, supaya reaktor aman dari gangguan ternak atau lainnya.
7. Terpal
dan bahan lainnya untuk atap reaktor supaya terhindar dari hujan atau material
yang jatuh dari atas.
Gambar
2 : Kompor gas dari pengolahan kotoran sapi
Setelah
pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas
dengan
langkah langkah sebagai berikut:
1.
Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan
(1:1) pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan
kedalam
digester
2.
Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian
pertama
kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan
3udara
yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini
dibutuhkan
lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3.
Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang
terbentuk
adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru
terbentuk
gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2
27%
maka biogas akan menyala.
4.
Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor
gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa
menghasilkan
energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti
bau
kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara
kontinu
sehingga
dihasilkan biogas yang optimal
Demikian
sekilas tentang pemaparan bagaimana memanfaatkan kotoran yang dapat dijadikan
salah satu sumber energi, kiranya dapat menambah pengetahuan dan membangkitkan
motivasi kita untuk terus mengembangkan kreatifitas dalam pemanfaatan apa saja
yang ada sebagai sumber energi yang baru.
Daftar
Pustaka
Prosiding
Seminar Nasionat Sapi Potong - Patu, 24 November 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar