Tahapan Tahapan Ejaan Bahasa Indonesia sampai menjadi Ejaan Yang Disempurnakan(EYD)
Ejaan-ejaan
untuk bahasa Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut :
- Ejaan van
Ophuysen
Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.[12] Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901.
Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1) Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
2) Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
3) Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
4) Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb. - Ejaan Suwandi
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi.
Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
1) Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
2) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
3) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya. - Ejaan Melindo (Melayu – Indonesia)
Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 kembali mempersoalkan masalah ejaan. Sesuai dengan usul Kongres, kemudian dibentuk sebuah panitian dengan SK No. 44876 tanggal 19 Juli 1956. Panitia ini berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957. namun keputusan ini tidak dapat dilaksanakan karena ada usaha untuk mempersamakan ejaan Indonesia dan Melayu. Sebab itu pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu – Indonesia). Tetapi konsep ejaan ini juga tidak jadi diumumkan karena perkembangan politik kemudian. - Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Karena laju perkembangan pembangunan, maka dirasakan bahwa ejaan perlu disempurnakan. Sebab itu, di tahun 1966 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sarino Mangunpranoto dibentuk lagi sebuah Panitia Ejaan Bahasa Indonesia, yang bertugas menyusun konsep baru, yang merangkum segala usaha penyempurnaan yang terdahulu. Sesudah berkali-kali diadakan penyempurnaan, maka berdasarkan Kepurusan Presiden No. 57 tahun 1972 diresmikan ejaan baru yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin dibakukan.
Motif lahirnya Ejaan yang Disempurnakan ialah sebagai berikut :
a. Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa.
b. Membina ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca.
c. Mulai usaha pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.
d. Mendorong pengembangan bahasa Indonesia (Ambo Enre, 1984:38)
Adapun hal-hal yang diatur penggunaannya dalam EYD,yaitu sebagai berikut:
• Pemakaian huruf
• Penulisan huruf
• Penulisan kata
• Pungtuasi (tanda baca)
Perbedaan Ejaan Lama dan Ejaan Baru
bagaimana
perbedaannya ejaan yang sekarang dengan yang dulu? kita lihat dibawah ini:
- 'tj' menjadi 'c' : tjutji →sekarang cuci
- 'dj' menjadi 'j' : djarak →sekarang jarak
- 'j' menjadi 'y' : sajang →sekarang sayang
- 'nj' menjadi 'ny' : njamuk →sekarang nyamuk
- 'sj' menjadi 'sy' : sjarat →sekarang syarat
- 'ch' menjadi 'kh' : achir →sekarang akhir
awalan 'di-'
dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh
"di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan
spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Sebelumnya
"oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti
dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.
Tanda Baca dan fungsinya
Penggunaan
tanda baca dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) merupakan suatu hal yang sangat
penting. Karena sering kali kita merasa kebingungan dengan penggunaan tanda
baca dalam sebuah kalimat. Berikut ini terdapat 10 tanda baca yang merupakan
dasar dalam penulisan kalimat beserta contohnya:
Tanda Titik (.)
- Tanda
titik digunakan dalam akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Contoh: Rika sedang membuatkan kopi untuk ayahnya. - Tanda
titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Contoh:
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat - Tanda
titik juga dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan
waktu dan jangka waktu.
Contoh:
- pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
- 1.32.20 jam (1 jam, 32 menit, 20 detik)
- 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) - Tanda
titik dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru dan tempat
terbit dalam daftar pustaka.
Contoh: Drs.Al.Haryono Jusup, M.B.A. Dasar-dasar Akuntansi, November 2006. - Tanda
titik juga dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Korban gempa bumi di Indonesia melebihi 126.000 jiwa. - Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
- Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau mana dan alamat pengirim surat.
Tanda Koma (,)
- Tanda
koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contohnya: Saya memasak sayur asem, ayam goreng, dan sayur lodeh. - Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului kata seperti tetapi atau melainkan.
Contohnya: Saya ingin sekolah, tetapi ibu mengajak pergi. - Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan kata penghubung antar kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Contoh: Oleh karena itu, kita harus saling menghargai. - Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dan dari
kata yang lain yang terdapat dalam kalimat.
Contohnya: O, begitu ya? - Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contohnya: Kata Ani, "Saya senang sekali." - Tanda
koma dipakai diantara nama alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal.
Contohnya: Pacitan, 15 Mei 1992 - Tanda
koma juga dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Contohnya: Alisja
hbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat. - Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki.
- Tanda
koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contohnya: Ny. Raisya Kumala, M. - Tanda
koma dipakai di muka angka persepuluhan atau diantara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contohnya: Rp 10,50 atau 12,5 m - Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya yang tidak
membatasi.
Contohnya: Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang-orang yang nikah siri. - Tanda
koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang yang terdapat pada
awal kalimat.
Contohnya: Agar kita mendapat nilai yang bagus, kita harus belajar yang sungguh-sungguh. - Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringi dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Contohnya: "Berdiri lurus-lurus!?" perintahnya.
Tanda Titik Koma (;)
- Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Contohnya: Malam makin larut, pekerjaan belum selesai juga. - Tanda
titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contohnya: Ayang membersihkan kandang ayam; Ibu sibuk di dapur; Adik belajar.
Tanda titik dua (:)
- Tanda
titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contohnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. - tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contohnya:
Ketua : Ari Setya
Sekretaris : Ryan Rifandi - Tanda
titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contohnya:
Ibu: (meletakkan beberapa koper) "Bawa koper ini, Mir!" - Tanda titik
juga dipakai diantara jilid dan nomor
halaman.
Contohnya: Tempo, I (1971), 34:7
Tanda penghubung (-)
- Tanda
penghubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Contohnya:
Ibu sedang mempersiapkan alat-alat untuk memasak - Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya kata di belakangnya
atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Contohnya:
Saya hanya dapat me-
ngiris wortel. - Tanda
penghubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contohnya: anak-anak - Tanda
hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal
contohnya: 15-5-1992 - Tanda
penghubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan penghilangan bagian kelompok data.
Contohnya: ber-evolusi - Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa dengan unsur bahasa lain.
Contohnya: di-smash
Tanda Tanya (?)
- Tanda
tanya dipakai di akhir kalimat
Contohnya: Kapan ia berangkat? - Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Tanda Seru (!)
- Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan , ketidak percayaan, ataupun rasa emosi yang
kuat.
Contohnya: Merdeka!, Woow!
Tanda kurung ((..))
- Tanda
kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contohnya: bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu. - Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contohnya: Sajak Tranggono yang berjudul "ubud" (nama tempat yang terkenal di bali) ditulis pada tahun 1962. - Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contohnya: Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Pacitan. - Tanda kurung mengapit huruf atau angka yang merinci satu urutan keterangan.
Kurung siku ([....])
- Kurung
siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contohnya: Sang Raja men[d]engar bunyi berisik. - Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Contohnya: Persamaan kedua proses ini [lihat pada halaman 58-62].
Tanda Petik ("....")
- Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
Contohnya: "saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!" - Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contohnya: Sajak "Berdiri aku" terdapat pada halaman 5 buku itu. - Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
- Tanda
petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contohnya: Kata Tini, "Sayang juga minta satu".
Tanda petik tunggal ('...')
- Tanda
petik tunggal mengapit jepitan yang tersusun dalam petikan lain.
Contohnya: "Apa kamu mendengar bunyi 'tet tet' tadi?", tanya Basri. - Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan atau penjelasan kata ungkapan asing.
Contohnya: feed-back 'balikan'
Tanda garis miring (/)
- Tanda
garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahunan takwin.
Misalnya: No 7/PK/1973 - Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Contohnya: mahasiswa/mahasiswi
Referensi :
http://dyahratih.blogspot.co.id/2012/10/fungsi-penggunaan-tanda-baca-dalam-eyd.html
http://ricahyap.blogspot.co.id/2013/01/perbedaan-ejaan-dulu-dengan-sekarang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar